Selasa, 06 Desember 2011

Perjalanan Anehh

-->
Siang itu aku masih bergelut dengan tidurku. Maklum, malam harinya aku tidak tidur karena aku masih berada di dalam sebuah kapal yang membawaku pulang dari kota Pontianak ke kota Ketapang. Betapa sulitnya aku untuk membuka mata ini, padahal aku tau bahwa hari ini aku dan rombongan teman-temanku harus berangkat untuk mengikuti festival musik yang di adakan di Kendawangan. Namun dalam kenikmatan tidurku, aku dikejutkan oleh suara telpon selulerku. Setelahku lihat ternyata ada pesan dari manager tim yang isinya “jam 4 kumpul di home base”. Betapa terkejutnya aku setelah melihat jam di dinding kamarku yang telah menunjukan sudah pukul 15:23. Spontan akupun bergerak cepat menuju kamar mandi untuk membersihkan badanku. Pukul 15:45 aku sudah siap dan hendak menuju lokasi yang menjadi home base kami selama ini. Sesampainya di home base, aku melihat semua anggota tim sudah ada. Tim kami berjumlah 8 orang. Lima orang sebagai pemain musik,dua orang sebagai sound system dan satu orang sebagai manager tim. Para pemain musik terdiri dari Indra, berperan sebagai drumer. Eka sebagai gitar 1, Yudi gitar 2. Yuda bassis dan Eva sebagai vokalis. Sedangkan sound system terdiri dari dua orang yaitu aku dan Fajar. Sedangkan manager tim kami Pak Lek Kimin. Sore itu semua anggota tim sudah berkumpul, tapi manager belum memutuskan untuk berangkat. “Jadwal berangkat pukul 17:00” kata manager sambil berjalan keluar. Perjalanan ke Kendawangan cukup jauh dan memakan waktu sekitar 1 setengah jam. Jadi jika kami berangkat pukul 17:00 maka kami kemungkinan akan sampai pada pukul 18:30. Sedangkan acara festivalnya dimulai pukul 19:30. Malam itu adalah malam final dimana akan menentukan band mana yang akan juara. Kami menunggu waktu berangkat yang masih 1 jam lagi. “Lebih baik kita latihan dulu” kata yudi memecahkan kesunyian. Entah apa sebabnya sore itu kami sangat tak bergairah untuk berangkat. “Baiklah” sahut Indra dengan lesu. Lalu aku dan Fajar pun mensetting sound sytem. Latihan berjalan lancar tapi kurang menggairahkan. Ketika waktu berangkat sudah tiba, kami masih belum menemui manager. “Entah kemana pak lek kimin pergi?” Gerutu Yudi kepada kami. belum kering mulut Yudi, pak lek kiminpun datang. “Oke sekarang kita caoowww” semuanya bersiap. Pak lek kimin berangkat dengan mobilnya, sedangkan kami memilih menggunakan motor, agar kami bisa menikmati perjalanan dan nanti setelah festival kami bisa jalan-jalan di kendawangan. Kami menggunakan empat buah sepeda motor. Aku bergoncengan dengan Yudi, Indra dengan Yuda sedangkan Eka berboncengan dengan Eva. Sedangkan Fajar menunggangi motornya sendiri. Pukul 17:06 kami segera berangkat. Sedangkan Pak lek kimin sudah terlebih dulu berangkat. Kecepatan motor kami terbilang lambat, hanya 50 km/jam. Sekitar satu jam perjalanan kami sudah mulai menjauh dari kota ketapang, dan sudah mulai masuk kederah daerah pesisir. Kami sadar di tengah perjalanan kami pasti akan melewati sebuah daerah yang begitu angker yaitu daerah yang bernama “Padang Dua Belas”. Memang daerah ini terkenal dengan keangkerannya. Semua orang di kabupaten Ketapang pasti tau dengan tempat ini. Tempat ini memang di tinggali oleh makhluk halus. Konon katanya daerah ini ditinggali oleh “orang limun”. Orang limun ini berasal dari bangsa jin tapi sering menyerupai manusia. Padang dua belas ini daerah kosong tanpa penghuni, dan dareah ini memiliki panjang dua belas kilometer tanpa dihuni satupun manusia. Namu Fajar belum mengetahui akan hal ini, sehingga dia berani membawa motor sendiri. Maklum, Fajar ini orang baru di Ketapang. Dia baru datang dari Semarang. Bebrapa menit kemudian kami sudah mulai memasuki daerah ini. Ketika sinar matahari mulai menghilang dari pandangan kami, akupun mulai menarik gas motorku sedikit lebih kencang dan diikuti oleh yang lainnya. Akan tetapi laju motor kami terhenti ketika di depan kami terlihat seekor ular besar hendak menyeberang jalan melintang di tengah jalan. Ukuran ular itu ku taksir sebesar pohon kelapa dengan panjang 7 meter. Tak lama kemudian ular itu sudah berhasil menyeberang jalan. Kamipun kembali melanjutkan perjalanan. Kecepatan kembali kami tingkatkan. Fajar masih menikmati perjalannya dan terlena akan keindahan Padang Dua Belas. Tapi tak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, hanya bias-bias kekaguman yang terpancar dari raut wajahnya. Kami tidak tau apa yang di rasakannya. “Ketapang dahsyat, Luar biasa” itulah kata-kata yang keluar dari mulut Fajar. Kami bingung dan penuh tanda tanya. Tapi kami tak berani menjawab kata-kata itu karena kami tau di daerah ini tidak boleh berbicara sembarangan. Kami hanya mengangguk-anggukan kepala saja. Sekitar setengah jam kemudian kami sudah sampai di lokasi Festival, tapi jam baru menunjukan pukul 19:00. Ya,,masih ada waktu sekitar setengah jam untuk kami beristirahat. Aku berinisiatif untuk mencari pak lek kimin. Akupun mencari handphoneku dan menelpon pak lek kimin. Ternyata pak lek kimin ada di Cafe yang berada tepat di sebelah panggung Festival, dan kamipun menyusulnya untuk beristirahat sejenak sambil menikmati minuman. Kami tau masyarakat Kendawangan ini masih mempercayai hal-hal yang berbau mistik, sehingga sangat kental aura-aura magicnya. Jam sudah menunjukan pukul 19:30, akan tetapi acara masih belum dimulai. Lapangan sudai mulai dipadati oleh pengunjung. Hanya acara-acara hiburan saja yang dipertunjukan oleh panitia. “kemungkinan pukul 20:00 baru acara akan dimulai” kata Pak lek kimin. Pukul 19:45 acara sudah dimulai. Kebetulan band kami peserta ke empat dari delapan band yang lolos ke final. Tak pelak pukul 22:00 kami baru naik ke atas panggung. Lagu yang dibawakan oleh tim kami berjumlah tiga buah lagu. Dua buah lagu pilihan dan satu lagu wajib. Lagu wajib pada Festival kali ini adalah Lagu dari Lady Rocker Indonesia yaitu Nicky Astria yang berjudul “Mengapa”. Sedangkan lagu pilihan bebas ditentukan oleh band itu sendiri. Lagu pilihan kami jatuh kepada Mel Shandy yang berjudul “Nyanyian Badai” dan lagu pilihan kedua adalah Inka Criethie yang berjudul “Yang Kunanti”. Kebetulan tema Festival kali ini bertemakan “Mengenang Lady Rocker Indonesia”. Ketika sudah berada di atas panggung, sontak beberapa keanehan mulai terjadi, kepanikanpun tak dapat dihindari di tubuh tim kami. Di awal penampilan band kamipun sudah mulai tercium aroma keghaiban. Aku dan Fajar yang duduk dibelakang memantau sound system sudah mulai mencium aroma setanggi dan kemenyan yang khas. Tak ayal bulu di leherku mulai berlomba-lomba untuk berdiri. Bayangkan, ditengah keramaian, tercium bau kemenyan! Ketika lagu wajib sudah mulai dibawakan oleh band kami, tiba-tiba gitar 1 yang dipegang oleh eka yang sudah ku setting tadi spontan tidak mengeluarkan suara. Sontak hal ini membuat eka panik dan kesal. Wajah pak lek kimin memerah menatapku. Aku berlari melihat keadaan, tetapi “sempurna”. Ya,,tidak ada kesalahan sedikitpun. Aku mulai lega, walau kesal karena lagu wajib kami sedikit cacat. Lanjut kelagu pilihan, namun sama seperti tadi. Sedikit cacat walau kurang terlihat. Kali ini stick drum yang di tangan Indra patah dan Fajar harus melemparkan stick cadangan ke agus. “Untung saja Indra membawa stick cadangan” gumam Fajar. Begitu juga dengan lagu pilihan kedua. Tapi kali ini kecerobohan terjadi pada panitia. Lagu terakhir yang kami bawakan ini putus ditengah perjalanan karena aliran listri putus. Tapi kami masih beruntung karena aliran listrik kembali hidup karena kerja keras dari panitia. Akhirnya penampilan band kami selesai, kami kecewa dengan kejadian ini. Walau sedikit rasa kesal, tapi kami masih menunggu keputusan juri yang menilai. Namun, tim kami hanya mendapat juara harapan 1. Jelas kami kecewa. Tapi pak lek kimin tetap memberikan semangat kepada kami. Waktu sudah menunjukan pukul dua belas lewat, acarapun selesai. Kamipun hendak beristirahat sejenak di cafĂ© tadi. Setelah bebrapa saat kemudian kamipun bergegas pulang. Pak lek kimin menawarkan kepada kami untuk tetap di kendawangan. Besok pagi baru kita kembali ke Ketapang. Tapi kami memutuskan untuk pulang malam itu juga. Jam di handphoneku sudah menunjukan pukul 00:45. Kami harus melanjutkan perjalanan menuju pulang ke Ketapang. Walau ada rasa takut tapi tekat kami sudah bulat untuk pulang malam itu juga. Akhirnya kamipun pulang, kecepatan motor memang sengaja digenjot. Belum ada keanehan yang menghampiri kami ketika mulai meninggalkan Kendawangan. Namun Setengah jam kemudian, ketika kami kembali melintasi daerah Padang Dua Belas, kecepatan motor kembali kami tingkatkan. Ditengah perjalanan yang begitu sunyi, hanya ada suara deru dari empat buah motor kami. Aku dan yudi berada pada posisi paling depan. Sedangkan Fajar lagi-lagi dibelakan kami. namun betapa terkejutnya fajar ketika melihat seekor ayam yang sebesar sapi berlari mengejar kami. spontan Fajar langsung menarik kencang sepeda motornya mendahului kami. Melihat hal itu kamipun meningkatkan kecepatan. Sekarang giliran kami berada di posisi paling belakang. Aku yang duduk dibelakang karena dibonceng oleh yudi merasakan ada sesuatu yang mengikuti kami dari belakang. Bulu kudukku spontan berdiri dan aku tidak berani melihat ke arah belakang. Tetapi rasa itu semakin terasa. Dan pada puncaknya aku melihat orang tua yang menggunakan jubah putih menggunakan sepeda ontelnya mendahului sepeda motor kami. Aku tak yakin dengan apa yang aku lihat tadi. Tidak mungkin seseorang yang hanya mengendarai sepeda bisa mendahului kami yang menggunakan motor dengan kecepatan tinggi. Aku hanya bisa terdian dalam ketakutanku,kakiku terasa sudah tak berdaya, urat perutku terasa diremas-remas. Namun apa yang kulihat tadi ternyata juga di lihat oleh rekan-rekanku yang lain. Tak hayal, kamipun menarik gas motor dengan kecepatan paling tinggi dan saling kejar-kejaran seakan berlomba-lomba untuk segera meninggalkan tempat itu. Tak lama kemudian kakek tua tadi sudah tak terlihat, kamipun mengendorkan kecepatan. Namun masih banyak kejadian-kejadian aneh yang menimpa kami. Evha, satu-satunya cewek dalam tim kami juga melihat keanehan-keanehan itu. Ia melihat dua orang anak kecil yang bermain-main di tengah jalan pada malam itu. Bayangkan ditengah malam yang gelap dan sunyi itu masih ada anak-anak yang berusia 8 tahun berani bermain di tengah jalan. Anak siapa itu? Padahal di daerah padang dua belas tidak ada penghuninya sepanjang dua belas kilometer. Akhirnya sekitar pukul tiga subuh, kami sudah sampai di home base kami. Karena terlalu capek dan dihantui oleh rasa takut untuk segera pulang kerumah masing-masing akhirnya kami memutuskan untuk menginap disana. Fajar orang baru di ketapang tadi menceritakan apa yang dilihatnya pertama kali waktu berangkat ke Kendawangan. Ternyata apa yang dilihat Fajar sungguh diluar dugaan, Padang dua belas yang kosong dan penuh dengan hutan itu menurutnya penuh dengan gedung-gedung tinggi. Dan saat itu ia melihat orang-orang berkumpul untuk Sholat Magrib di Mesjid yang megah dan kubahnya terbuat dari emas. Daerah ini menurutnya bagaikan kota yang megah dan kaya raya. Banyak terdapat istana-istana yang megah dipenuhi dengan emas dan berlian. Tiang listrik terbuat dari tembaga, dan tali-talinya terbuat dari emas. Banyak kendaraan-kendaraan mewah berhulu-lalang di daerah ini. Masyarakat disini terlihat cantik dan tampan-tampan sekali. Sungguh Fajar tak menyangka bisa melihat pendangan seperti itu. “sepertinya mustahil ketapang memiliki daerah seindah itu, tetapi itulah yang kulihat tadi, dan itu jelas dimataku”. Yudapun menjelaskan kepada Fajar bahwa tempat itu memang angker. Dan hanya dihuni makhluk halus. Fajar akhirnya mengerti dan menyadari bahwa yang dilihatnya itu adalah Negeri Kayangan yang terdapat di Kabupaten Ketapang. Waktu menunjukan pukul 05:00, ketika orang-orang sudah selesai sholat subuh kamipun bergegas untuk pulang kerumah masing-masing. Sesampainya dirumah aku langsung tidur dengan lelap.

0 komentar:

Posting Komentar