Selasa, 06 Desember 2011

Es Lilin dan Pemungut Bola Tenis

Setiap manusia dilahirkan melalui proses metamorfosis. Manusia lahir dari buah kasih sayang manusia itu sendiri. Pernikahanlah yang menyatukan kedua insan ini. Dalam penyatuan itulah kita dibentuk. Beribu-ribu bilur sperma yang dipancarkan dalam rahim ibu, namun hanya satu yang boleh mendudukinya. Berkembang dan menjalani hidup dalam hampanya rahim hinga akhirnya lahir sebagai pemenang. Dari ilustrasi tersebut jelas sekali bahwa manusia dilahirkan mempunyai peluang untuk menjadi pemenang . Oleh karena itu, Jangan pernah memponis hidup kita tidak berarti. Jangan pernah mengatakan kita tidak bisa. Sebesar apapun masalah hidup, jalani dan hadapilah dengan hati yang penuh syukur. Memang terkadang disaat kita mengalami kepenatan, hasrat untuk bangkit itu mulai melemah namun ingatlah bahwa itu wajar. Kita tidak boleh larut dalam kelemahan tersebut, teruslah berkarya dan keluar untuk menjadi the Winner. Firman susilo dengan panggilan kecil Ilo lahir di Sintang tanggal 30 Maret 1969 hasil pernikahan Tugiman Suparno dan Siti Sundari. Tugiman Suparno, ayahnya pada masa itu menjabat sebagai anggota Dewan selama 3 periode pada partai Golongan Karya (Golkar). Kemudian dinas di Departemen Agama Sintang. Sedangkan Ibu adalah sosok penasihat perkawinan di BP4 Sintang, selain itu juga sebagai pengusaha kue. Firman Susilo adalah putra ke 2 dari 7 bersaudara yang semuanya adalah laki-laki. Anak sulung bernama Firdaus Suherman (Almarhum) meninggal pada usia 32 tahun ketika menjabat Sekwiljam Marau Kabupaten Ketapang ( alumni APDN), ke dua adalah ia sendiri yaitu Firman Susilo, ketiga Agus Sucipto sekarang bekerja di kantor pos Sintang, keempat Fajar Suaidi, SE. Sekarang bekerja menjadi Satpolpp di kota Singkawang, kelima Fatlan Sulistyo seorang pengusaha muda, keenam Fitrah Sudrajat pekerjaannya adalah swasta dan Si bungsu bernama Fatwa Subarkah yang sekarang bekerja di Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Firman Susilo mulai masuk sekolah pada usia 3,5 tahun di SDN 2 Sintang dan sore harinya mengikuti sekolah agama yaitu Madrasyah Ibthi Dayah di Sintang, sehingga pada saat itu ia memiliki dua ijazah SD. Melanjutkan di SMPN 1 dan SMAN 1 Sintang. Di sekolah Firman Susilo adalah sosok yang menyukai mata pelajaran Sains seperti Matematika, Fisika, Kimia,dll sehingga pada waktu SMA ia masuk jurusan IPA. Membicarakan yang disukai,apa yang tidak disukainya? Firman Susilo justru tidak menyukai pelajaran Bahasa Indonesia walaupun pada akhirnya ia sebagai ahli Linguistik. Walaupun ayahnya menjabat sebagai anggota dewan, Firman susilo bukanlah sosok yang manja dan sombong ia adalah sosok pekerja keras juga mandiri. Itulah yang diajarkan kedua orang tuanya kepada mereka, dari kecil mereka sudah diajarkan untuk hidup mandiri tidak bergantung pada orang lain. Hal itu dibuktikan ketika masa sekolahnya Firman Susilo sudah mempunyai pekerjaan pokok yaitu berjualan es lilin keliling kampung. Berkat kerja kerasnya itu ia dapat membeli kulkas serta freejer dan akhirnya menjadi produser es lilin yang satu harinya ia harus memproduksi 500 bungkus es lilin, salutnya bahwa semua itu dikerjakannya sendiri tanpa bantuan siapapun. Pekerjaan seperti itu tidak hanya dirasakan oleh Firman Susilo, tetapi saudara-saudaranya yang lain juga masing-masing mempunyai pekerjaan pokok. Sosok yang pantang menyerah selalu mempergunakan waktu seefektif mungkin sehingga tak ada waktu yang terbuang begitu saja. Di sela-sela menjual es lilin penyuka makanan kwei tiau ini juga menjadi penjaga di lapangan Tenis sebagai pemunggut bola-bola tenis. Dari pekerjaannya itu ia pun mendapat upah. Meskipun aktivitasnya terbilang padat tetapi ia tetap meluangkan waktu untuk belajar sehingga selama sekolah ia tidak pernah mengecewakan orang tuanya, itu ditunjukan bahwa ia selalu mendapatkan peringkat kelas. Laki-laki peranakan Jawa Melayu ini sangat suka olahraga sepakbola.“ Saya ingin menjadi pemain sepakbola profesional” ujarnya ketika ditemui di sebuah kantin FKIP Untan. Baginya olahraga jenis ini sangatlah menantang, memerlukan strategi dan kerjasama tim yang baik hingga pada akhirnya dapat keluar menjadi pemenang. Begitu juga dalam hidup ini, kita harus pintar-pintar mencari celah untuk dapat keluar dari keterpurukan. Melalui sepakbola ia dapat berinteraksi dan berkumpul bersama banyak orang. Masa SMP sampai SMA penyuka masakan oriental dan masakan Padang ini sangat aktif pada bidang olahraga sepakbola. Posisinya pada saat bermain bola adalah sebagai penyerang, keahliannya dalam bermain dan mencetak goal Firman Susilo diminta mewakili U16 di Tim Suratin Cup KALBAR dan mendapatkan sepatu emas. Setelah tamat SMA, tahun 1986 Firman Susilo melanjutkan kuliah Diploma 3 Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura selesai tahun 1989. Selesai Diploma 3 selama 3 tahun, kemudian tahun 1989 transfer S1 Prodi Bahasa dan Sastra indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura kemudian selesai pada tahun 1991. Selama kuliah ia adalah mahasiswa berprestasi. Sebagai penyandang gelar mahasiswa berprestasi ia direkrut untuk mengikuti pertukaran pemuda antarprovinsi di Sumatra Barat. Selain mengikuti pertukaran pemuda, prestasi yang dimilikinya juga membuat ia meraih beasiswa TID ( Tunjangan Ikatan Dinas ) secara otomatis ketika ia selesai kuliah harus menjalankan ikatan dinas tersebut dan membawanya menjadi dosen di Almamater prodi Bahasa dan Sastra Indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura. “ Pantang Menyerah” itulah moto hidup Firman Susilo. Lihat saja air, walaupun dihalangi oleh bebatuan atau apapun ia tidak akan pernah terputuskan tetap saja mendapat celah walaupun sedikit untuk dapat keluar. Ia tak pernah terputuskan oleh apapun. Pantang menyerah yang dimiliki oleh Firman susilo juga dibuktikan ketika masa kuliahnya. Masa kuliah ia pernah menjadi kuli tukang pikul barang kapal di pelabuhan Senghi, walaupun pada akhirnya ia ditegur oleh orangtuanya. Bukan karena alasan apa teteapi mengingat bahwa fisik Firman Susilo pada waktu itu tidak mendukung, lagi lagi karena hobinya bermain bolalah ia pernah cedera patah tulang tangan dan bahu. Menimba pendidikan bagi Firman susilo sangatlah penting, sebagai sosok yang berprestasi tak membuat ia sulit untuk kuliah kembali, sehingga pada tahun 1999 ia mengikuti program pascasarjana jurusan Linguistik di Universitas Gajah Mada dengan spesialisasi bidang pemetaan bahasa. Sebagai putra perantau, jauh-jauh dari pulau borneo menimba ilmu di kota pelajar UGM, ia tak sombong harus menginap di apartemen atau hotel teteapi ia lebih memilih untuk hidup bersama, berbagi bersama sesamanya di asrama Sintang dan kos. Kehidpan di asrama yang disiplin membuat ia terlatih dan mengembangkan kualitas pribadinya. Tidak berbeda dengan perjalanan dan pengalaman selama sekolah hingga saat ini pascasarjana, gelar mahasiswa berprestasi selalu digengaman pemilik zodiak aries ini bahkan telah melekat menjiwa dalam dirinya. Dua tahun dijalani untuk mengambil gelar S2 akhirnya tahun 2001 ia lulus Tesis dengan nilai A sebagai orang pertama selama 10 angkatan terakhir. Prestasi yang sangat luar biasa, dialah yang mencetus nilai A selama 10 angkatan yang terakhir. “Jalani saja semuanya dengan ikhlas” ujarnya. “Menimba pendidikan setinggi apapun itu saya mau” ujarnya saat berbincang bincang mengenai pendidikan, asalkan ada kemauan dan selalu berserah kepada Allah tidak ada yang tak mungkin. Jalani saja hidup ini apa adanya biarlah Tuhan yang mengatur segalanya yang penting kita ikhlas menjalaninya. Saya pernah mengikuti pertukaran pemuda di Padang bahkan ketika saya terpilih menjadi kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat ( Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (BPPB) Departemen Pendidikan Nasional saja saya tidak menyangka. Selain bekerja menjadi kepala Balai Bahasa, Firman susilo juga menjadi dosen pengajar mata kuliah umum di STKIP PGRI Pontianak. Kebiasaan masa kecil terus tertanam dalam diri kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat ini, sampai saat ini ia senang berwirausaha, baik itu dibidang percetakan, pengadaan juga angkutan. Karyawan yang bekerja ditempatnya adalah sanak saudara maupun teman teman sewaktu SD, SMP, SMA dan Kuliah yang tidak mempunyai pekerjaan. Banyak teman-teman yang bekerja sebagai kernet di rekrutnya menjadi karyawan. Dalam berteman suami Rina Kusmiarsih ini tidak pernah memilih dari kalangan manapun baik itu suku maupun agama, ia sangat peduli dan perhatian tidak sombong dengan apa yang dimiliknya. Bayangkan saja teman-teman dan sahabatnya semasa SD,SMP, SMA, pascasarjana dan program pascasasarjana terus terjalin hubungan persaudaraan yang baik. Laki-laki pencinta warna biru ini menikah pada usia 24 tahun dengan Rina Kusmiarsih. Kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpuralah yang menjadi saksi bisu percintaan antara kedua insan ini. Kata orang cinta itu muncul dari mata turun kehati bahkan cinta itu membutakan mata kita dalam arti walaupun orang yang kita sayangi itu adalah saudara kita, tetapi jika cinta sudah bersemi dan membara maka semuanya akan terkalahkan. Begitu jugalah dengan pasangan ini, karena cintanya yang tulus adanya ikatan keluarga yang mereka miliki tak menjadi halangan untuk dapat menyatu menjadi suami dan istri. Hasil pernikahan itu lahirlah 2 orang anak yaitu, Rilo Aulia Firly dan Fara Nabila Firly. Putra pertama berusia 17 tahun saat ini sedang sekolah di SMAN 1 Pontianak kelas XII IPA. Tampknya ungkapan buah jatuh tak jauh dari pohonnya pantas untuk putra pertama Firman Susilo dan Rina Kusmiarsih ini. Selama sekolah kemampuanya menyerupai ayahnya ia juga selalu mendapat peringkat kelas seperti ayahnya. Masa SD ia pernah menjuarai ( juara 1) lomba Matematika SEMPOA tingkat provinsi Kalimantan Barat. Tidak berhenti disitu saja prestasi terus berlanjt dan meningkat pada saat di bangku SMP, terus mendapat peringkat kelas. Pada masa yang sama siswa jurusan IPA ini pernah mengikuti Olympiade Olahraga dan Seni pada cabang atletik. Oleh karena itu, ia terpilih menjadi Atlet Binaan Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar Provinsi Kalimantan Barat Kementrian Pemuda dan Olahraga. Berkat prestasi dan talenta yang dimilikinya ia mendapat tunjangan bulanan dari Kementrian Pemuda dan Olahraga (KEMPORA) dan prestasi itu terus berlangsung hingga saat ini. Saat ini putra sulung tersebut tidak tinggal bersama orang tuannya, tetapi ia tinggal di asrama yang dibiayai oleh KEMPORA. Setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan masing-masing, putri kedua bernama Fara Nabila Firly adiknya Rilo Aulia Firly ini sekarang berusia 11 tahun sebentar lagi akan memasuki SMP. Lain halnya dengan abangnya, Nabila lebih senang dengan berbagai kegiatan seni. Salah satunya adalah bermain Biola yang turun dari darah darah seni kakeknya yang hingga saat ini mempunyai group keroncong. Istrinya yang bernama Rina Kusmiarsih merupakan alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesian Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Untan. Selama pernikahannya Firman Susilo dengan istrinya Rina Kusmiarsih berpisah selama 19 tahun. Baru 4 tahun ini dapat berkumpul kembali, karena sebelumnya Rina Kusmiarsih menunaikan pengabdiannya sebagai guru di daerah. Pengabdian itu adalah bentuk rasa sayangnya terhadap daerahnya sendiri, selama 8 tahun mengabdi di kecamatan Kayan Hilir Nangamaun Sintang dan 7 tahun di kabupaten Pontianak. Alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Untan otomatis akan menjadi seorang pendidik. Saat ini Ia adalah seorang guru PNS Bahasa Indonesia di SMPN 6 Pontianak. Selain itu ia juga mengabdikan diri sebagai dosen luar biasa di STKIP PGRI Pontianak dan untuk mengisi waktu luang digunakan untuk menjadi tenaga pengajar di lembaga bimbingan belajar Primagama Pontianak. Menurut istrinya, Firman Susilo itu orangnya tegas, tidak banyak bicara serta disiplin. Selain itu ia juga sangat sayang dan peduli dengan keluarga. Bukan hanya orang tuanya saja tetapi, paman, bibi,dll yang masih jauh hubungan kekeluargan sekalipun. Tidak semua bentuk perhatian itu dibuktikan dengan materi tetapi melalui perhatian. Dalam menjalankan tugasnya sebagai dosen Pembimbing Akademik Firman susilo sangat intensif dan peduli dengan harapan mahasiswanya berhasil dengan baik. Keunikan Firman Susilo adalah suka merokok. Kebiasaan tersebut didapatnya ketika kuliah. Tidak semua apa yang disukai suami disukai istri, dalam hal ini kebiasaan yang tidak disukai oleh ibu adalah merokok, megopi dan pendiam. Selain itu, pada saat menyelesaikan tugas atau pekerjaannya ia tidak peduli dengan yang lain. Hanya ditemani rokok dan kopi sudah cukup, ia tidak ingat makan, minum, dsb. Sosok yang sederhana, tidak sombong, humoris, disiplin, objektif, baik, ramah dan santai itulah sosok Firman Susilo bagi mahasiswa. Tidak heran jika banyak mahasiswa yang senang cara mengajarnya. Dalam proses belajar mengajar laki-laki asal sintang ini selalu memberikan pembaharuan, komunikatif sehingga kelas tidak pasif dan tegang. Mahasiswa tidak jemu atau jenuh, memberikan penilaian kepada mahasiswa secara objektif, tidak mempersulit mahasiswa, mampu membangkitkan semangat untuk bersaing, memotivasi mahasiswa agar lebih baik. Tidak ada sistem pilih kasih dihadapan beliau, menilai sesuai dengan kemampuan mahasisawa secara objektif. “ Pokonya bapak itu is the best dehh” ujar Rara.

0 komentar:

Posting Komentar