Selasa, 06 Desember 2011

Perjalanan Anehh

-->
Siang itu aku masih bergelut dengan tidurku. Maklum, malam harinya aku tidak tidur karena aku masih berada di dalam sebuah kapal yang membawaku pulang dari kota Pontianak ke kota Ketapang. Betapa sulitnya aku untuk membuka mata ini, padahal aku tau bahwa hari ini aku dan rombongan teman-temanku harus berangkat untuk mengikuti festival musik yang di adakan di Kendawangan. Namun dalam kenikmatan tidurku, aku dikejutkan oleh suara telpon selulerku. Setelahku lihat ternyata ada pesan dari manager tim yang isinya “jam 4 kumpul di home base”. Betapa terkejutnya aku setelah melihat jam di dinding kamarku yang telah menunjukan sudah pukul 15:23. Spontan akupun bergerak cepat menuju kamar mandi untuk membersihkan badanku. Pukul 15:45 aku sudah siap dan hendak menuju lokasi yang menjadi home base kami selama ini. Sesampainya di home base, aku melihat semua anggota tim sudah ada. Tim kami berjumlah 8 orang. Lima orang sebagai pemain musik,dua orang sebagai sound system dan satu orang sebagai manager tim. Para pemain musik terdiri dari Indra, berperan sebagai drumer. Eka sebagai gitar 1, Yudi gitar 2. Yuda bassis dan Eva sebagai vokalis. Sedangkan sound system terdiri dari dua orang yaitu aku dan Fajar. Sedangkan manager tim kami Pak Lek Kimin. Sore itu semua anggota tim sudah berkumpul, tapi manager belum memutuskan untuk berangkat. “Jadwal berangkat pukul 17:00” kata manager sambil berjalan keluar. Perjalanan ke Kendawangan cukup jauh dan memakan waktu sekitar 1 setengah jam. Jadi jika kami berangkat pukul 17:00 maka kami kemungkinan akan sampai pada pukul 18:30. Sedangkan acara festivalnya dimulai pukul 19:30. Malam itu adalah malam final dimana akan menentukan band mana yang akan juara. Kami menunggu waktu berangkat yang masih 1 jam lagi. “Lebih baik kita latihan dulu” kata yudi memecahkan kesunyian. Entah apa sebabnya sore itu kami sangat tak bergairah untuk berangkat. “Baiklah” sahut Indra dengan lesu. Lalu aku dan Fajar pun mensetting sound sytem. Latihan berjalan lancar tapi kurang menggairahkan. Ketika waktu berangkat sudah tiba, kami masih belum menemui manager. “Entah kemana pak lek kimin pergi?” Gerutu Yudi kepada kami. belum kering mulut Yudi, pak lek kiminpun datang. “Oke sekarang kita caoowww” semuanya bersiap. Pak lek kimin berangkat dengan mobilnya, sedangkan kami memilih menggunakan motor, agar kami bisa menikmati perjalanan dan nanti setelah festival kami bisa jalan-jalan di kendawangan. Kami menggunakan empat buah sepeda motor. Aku bergoncengan dengan Yudi, Indra dengan Yuda sedangkan Eka berboncengan dengan Eva. Sedangkan Fajar menunggangi motornya sendiri. Pukul 17:06 kami segera berangkat. Sedangkan Pak lek kimin sudah terlebih dulu berangkat. Kecepatan motor kami terbilang lambat, hanya 50 km/jam. Sekitar satu jam perjalanan kami sudah mulai menjauh dari kota ketapang, dan sudah mulai masuk kederah daerah pesisir. Kami sadar di tengah perjalanan kami pasti akan melewati sebuah daerah yang begitu angker yaitu daerah yang bernama “Padang Dua Belas”. Memang daerah ini terkenal dengan keangkerannya. Semua orang di kabupaten Ketapang pasti tau dengan tempat ini. Tempat ini memang di tinggali oleh makhluk halus. Konon katanya daerah ini ditinggali oleh “orang limun”. Orang limun ini berasal dari bangsa jin tapi sering menyerupai manusia. Padang dua belas ini daerah kosong tanpa penghuni, dan dareah ini memiliki panjang dua belas kilometer tanpa dihuni satupun manusia. Namu Fajar belum mengetahui akan hal ini, sehingga dia berani membawa motor sendiri. Maklum, Fajar ini orang baru di Ketapang. Dia baru datang dari Semarang. Bebrapa menit kemudian kami sudah mulai memasuki daerah ini. Ketika sinar matahari mulai menghilang dari pandangan kami, akupun mulai menarik gas motorku sedikit lebih kencang dan diikuti oleh yang lainnya. Akan tetapi laju motor kami terhenti ketika di depan kami terlihat seekor ular besar hendak menyeberang jalan melintang di tengah jalan. Ukuran ular itu ku taksir sebesar pohon kelapa dengan panjang 7 meter. Tak lama kemudian ular itu sudah berhasil menyeberang jalan. Kamipun kembali melanjutkan perjalanan. Kecepatan kembali kami tingkatkan. Fajar masih menikmati perjalannya dan terlena akan keindahan Padang Dua Belas. Tapi tak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, hanya bias-bias kekaguman yang terpancar dari raut wajahnya. Kami tidak tau apa yang di rasakannya. “Ketapang dahsyat, Luar biasa” itulah kata-kata yang keluar dari mulut Fajar. Kami bingung dan penuh tanda tanya. Tapi kami tak berani menjawab kata-kata itu karena kami tau di daerah ini tidak boleh berbicara sembarangan. Kami hanya mengangguk-anggukan kepala saja. Sekitar setengah jam kemudian kami sudah sampai di lokasi Festival, tapi jam baru menunjukan pukul 19:00. Ya,,masih ada waktu sekitar setengah jam untuk kami beristirahat. Aku berinisiatif untuk mencari pak lek kimin. Akupun mencari handphoneku dan menelpon pak lek kimin. Ternyata pak lek kimin ada di Cafe yang berada tepat di sebelah panggung Festival, dan kamipun menyusulnya untuk beristirahat sejenak sambil menikmati minuman. Kami tau masyarakat Kendawangan ini masih mempercayai hal-hal yang berbau mistik, sehingga sangat kental aura-aura magicnya. Jam sudah menunjukan pukul 19:30, akan tetapi acara masih belum dimulai. Lapangan sudai mulai dipadati oleh pengunjung. Hanya acara-acara hiburan saja yang dipertunjukan oleh panitia. “kemungkinan pukul 20:00 baru acara akan dimulai” kata Pak lek kimin. Pukul 19:45 acara sudah dimulai. Kebetulan band kami peserta ke empat dari delapan band yang lolos ke final. Tak pelak pukul 22:00 kami baru naik ke atas panggung. Lagu yang dibawakan oleh tim kami berjumlah tiga buah lagu. Dua buah lagu pilihan dan satu lagu wajib. Lagu wajib pada Festival kali ini adalah Lagu dari Lady Rocker Indonesia yaitu Nicky Astria yang berjudul “Mengapa”. Sedangkan lagu pilihan bebas ditentukan oleh band itu sendiri. Lagu pilihan kami jatuh kepada Mel Shandy yang berjudul “Nyanyian Badai” dan lagu pilihan kedua adalah Inka Criethie yang berjudul “Yang Kunanti”. Kebetulan tema Festival kali ini bertemakan “Mengenang Lady Rocker Indonesia”. Ketika sudah berada di atas panggung, sontak beberapa keanehan mulai terjadi, kepanikanpun tak dapat dihindari di tubuh tim kami. Di awal penampilan band kamipun sudah mulai tercium aroma keghaiban. Aku dan Fajar yang duduk dibelakang memantau sound system sudah mulai mencium aroma setanggi dan kemenyan yang khas. Tak ayal bulu di leherku mulai berlomba-lomba untuk berdiri. Bayangkan, ditengah keramaian, tercium bau kemenyan! Ketika lagu wajib sudah mulai dibawakan oleh band kami, tiba-tiba gitar 1 yang dipegang oleh eka yang sudah ku setting tadi spontan tidak mengeluarkan suara. Sontak hal ini membuat eka panik dan kesal. Wajah pak lek kimin memerah menatapku. Aku berlari melihat keadaan, tetapi “sempurna”. Ya,,tidak ada kesalahan sedikitpun. Aku mulai lega, walau kesal karena lagu wajib kami sedikit cacat. Lanjut kelagu pilihan, namun sama seperti tadi. Sedikit cacat walau kurang terlihat. Kali ini stick drum yang di tangan Indra patah dan Fajar harus melemparkan stick cadangan ke agus. “Untung saja Indra membawa stick cadangan” gumam Fajar. Begitu juga dengan lagu pilihan kedua. Tapi kali ini kecerobohan terjadi pada panitia. Lagu terakhir yang kami bawakan ini putus ditengah perjalanan karena aliran listri putus. Tapi kami masih beruntung karena aliran listrik kembali hidup karena kerja keras dari panitia. Akhirnya penampilan band kami selesai, kami kecewa dengan kejadian ini. Walau sedikit rasa kesal, tapi kami masih menunggu keputusan juri yang menilai. Namun, tim kami hanya mendapat juara harapan 1. Jelas kami kecewa. Tapi pak lek kimin tetap memberikan semangat kepada kami. Waktu sudah menunjukan pukul dua belas lewat, acarapun selesai. Kamipun hendak beristirahat sejenak di cafĂ© tadi. Setelah bebrapa saat kemudian kamipun bergegas pulang. Pak lek kimin menawarkan kepada kami untuk tetap di kendawangan. Besok pagi baru kita kembali ke Ketapang. Tapi kami memutuskan untuk pulang malam itu juga. Jam di handphoneku sudah menunjukan pukul 00:45. Kami harus melanjutkan perjalanan menuju pulang ke Ketapang. Walau ada rasa takut tapi tekat kami sudah bulat untuk pulang malam itu juga. Akhirnya kamipun pulang, kecepatan motor memang sengaja digenjot. Belum ada keanehan yang menghampiri kami ketika mulai meninggalkan Kendawangan. Namun Setengah jam kemudian, ketika kami kembali melintasi daerah Padang Dua Belas, kecepatan motor kembali kami tingkatkan. Ditengah perjalanan yang begitu sunyi, hanya ada suara deru dari empat buah motor kami. Aku dan yudi berada pada posisi paling depan. Sedangkan Fajar lagi-lagi dibelakan kami. namun betapa terkejutnya fajar ketika melihat seekor ayam yang sebesar sapi berlari mengejar kami. spontan Fajar langsung menarik kencang sepeda motornya mendahului kami. Melihat hal itu kamipun meningkatkan kecepatan. Sekarang giliran kami berada di posisi paling belakang. Aku yang duduk dibelakang karena dibonceng oleh yudi merasakan ada sesuatu yang mengikuti kami dari belakang. Bulu kudukku spontan berdiri dan aku tidak berani melihat ke arah belakang. Tetapi rasa itu semakin terasa. Dan pada puncaknya aku melihat orang tua yang menggunakan jubah putih menggunakan sepeda ontelnya mendahului sepeda motor kami. Aku tak yakin dengan apa yang aku lihat tadi. Tidak mungkin seseorang yang hanya mengendarai sepeda bisa mendahului kami yang menggunakan motor dengan kecepatan tinggi. Aku hanya bisa terdian dalam ketakutanku,kakiku terasa sudah tak berdaya, urat perutku terasa diremas-remas. Namun apa yang kulihat tadi ternyata juga di lihat oleh rekan-rekanku yang lain. Tak hayal, kamipun menarik gas motor dengan kecepatan paling tinggi dan saling kejar-kejaran seakan berlomba-lomba untuk segera meninggalkan tempat itu. Tak lama kemudian kakek tua tadi sudah tak terlihat, kamipun mengendorkan kecepatan. Namun masih banyak kejadian-kejadian aneh yang menimpa kami. Evha, satu-satunya cewek dalam tim kami juga melihat keanehan-keanehan itu. Ia melihat dua orang anak kecil yang bermain-main di tengah jalan pada malam itu. Bayangkan ditengah malam yang gelap dan sunyi itu masih ada anak-anak yang berusia 8 tahun berani bermain di tengah jalan. Anak siapa itu? Padahal di daerah padang dua belas tidak ada penghuninya sepanjang dua belas kilometer. Akhirnya sekitar pukul tiga subuh, kami sudah sampai di home base kami. Karena terlalu capek dan dihantui oleh rasa takut untuk segera pulang kerumah masing-masing akhirnya kami memutuskan untuk menginap disana. Fajar orang baru di ketapang tadi menceritakan apa yang dilihatnya pertama kali waktu berangkat ke Kendawangan. Ternyata apa yang dilihat Fajar sungguh diluar dugaan, Padang dua belas yang kosong dan penuh dengan hutan itu menurutnya penuh dengan gedung-gedung tinggi. Dan saat itu ia melihat orang-orang berkumpul untuk Sholat Magrib di Mesjid yang megah dan kubahnya terbuat dari emas. Daerah ini menurutnya bagaikan kota yang megah dan kaya raya. Banyak terdapat istana-istana yang megah dipenuhi dengan emas dan berlian. Tiang listrik terbuat dari tembaga, dan tali-talinya terbuat dari emas. Banyak kendaraan-kendaraan mewah berhulu-lalang di daerah ini. Masyarakat disini terlihat cantik dan tampan-tampan sekali. Sungguh Fajar tak menyangka bisa melihat pendangan seperti itu. “sepertinya mustahil ketapang memiliki daerah seindah itu, tetapi itulah yang kulihat tadi, dan itu jelas dimataku”. Yudapun menjelaskan kepada Fajar bahwa tempat itu memang angker. Dan hanya dihuni makhluk halus. Fajar akhirnya mengerti dan menyadari bahwa yang dilihatnya itu adalah Negeri Kayangan yang terdapat di Kabupaten Ketapang. Waktu menunjukan pukul 05:00, ketika orang-orang sudah selesai sholat subuh kamipun bergegas untuk pulang kerumah masing-masing. Sesampainya dirumah aku langsung tidur dengan lelap.

Peran Perpustakaan Daerah

-->
Perpustakan berperan sebagai wadah pembinaan terhadap minat membaca masyarakat. Fungsi perpustakaan bagi masyarakat adalah untuk memperdalam dan menelusuri berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kebutuhan hidup masyarakat tersebut. Pembinaan minat membaca itu merupakan suatu tugas pelayanan perpustakaan dalam membantu dan memberi kebutuhan masyarakat. Lalu bagaimana peran Perpustakaan Daerah yang ada di kota khatulistiwa ini dalam memberikan kebutuhan pengunjung perpustakaan tersebut dan apa pendapat para pengunjung perpustakaan daerah di Pontianak ini? Kita simak liputan berikut... Gugun, cowok gemuk yang menjadi mahasiswa stain ini mengaku dirinya sering berkunjung ke perpustakaan daerah hanya sekedar untuk baca-baca. Dia mengatakan peran perpustakaan daerah sangat penting. Perpustakaan daerah adalah tempat mencari dan mengumpulkan ilmu, lanjut Gugun. Lain hal dengan Fhera, Mahasiswa fekon ini mengaku bahwa dirinya berkunjung ke perpustakaan daerah hanya untuk mencari buku saja, jika tidak ada yang dicari maka dirinya tidak akan pergi ke perpustakaan daerah. Namun dia mengatakan keberadaan perpustakaan daerah adalah untuk mencerdaskan bangsa. Rara, cewek 15 tahun ini juga salah satu pengunjung perpustakaan daerah. Do’i mengatakan bahwa tujuannya keperpustakaan daerah adalah untuk mencari buku yang ditugaskan oleh guru di sekolahnya. Cewek manis dan feminim ini selalu menjadi juara kelas di SMPN 18 Pontianak. Dia mengatakan bahwa peran Perpustakaan Daerah ini bagi masyarakat adalah mendorong dan mendidik segenap kalangan masyarakat dalam rangka pendidikan sepanjang hayat. Begitu juga dengan Rya, Mahasiswa Muhammadyah ini juga mengaku sering berkunjung ke Perpustakaan Daerah. Rya berpendapat bahwa dengan adanya perda ini akan berpeluan bagi masyarakat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan setinggi-tingginya. Perda juga dapat menciptakan semangat membaca pada masyarakat, lanjut Rya. Dari beberapa pendapat pengunjung Perpustakaan Daerah ini, dapat penulis simpulkan bahwa yang harus dimiliki Sebuah Perpustakaan adalah untuk mencerdaskan Masyarakat dengan Visi dan Misinya yang jelas dan bertanggung jawab.

Es Lilin dan Pemungut Bola Tenis

Setiap manusia dilahirkan melalui proses metamorfosis. Manusia lahir dari buah kasih sayang manusia itu sendiri. Pernikahanlah yang menyatukan kedua insan ini. Dalam penyatuan itulah kita dibentuk. Beribu-ribu bilur sperma yang dipancarkan dalam rahim ibu, namun hanya satu yang boleh mendudukinya. Berkembang dan menjalani hidup dalam hampanya rahim hinga akhirnya lahir sebagai pemenang. Dari ilustrasi tersebut jelas sekali bahwa manusia dilahirkan mempunyai peluang untuk menjadi pemenang . Oleh karena itu, Jangan pernah memponis hidup kita tidak berarti. Jangan pernah mengatakan kita tidak bisa. Sebesar apapun masalah hidup, jalani dan hadapilah dengan hati yang penuh syukur. Memang terkadang disaat kita mengalami kepenatan, hasrat untuk bangkit itu mulai melemah namun ingatlah bahwa itu wajar. Kita tidak boleh larut dalam kelemahan tersebut, teruslah berkarya dan keluar untuk menjadi the Winner. Firman susilo dengan panggilan kecil Ilo lahir di Sintang tanggal 30 Maret 1969 hasil pernikahan Tugiman Suparno dan Siti Sundari. Tugiman Suparno, ayahnya pada masa itu menjabat sebagai anggota Dewan selama 3 periode pada partai Golongan Karya (Golkar). Kemudian dinas di Departemen Agama Sintang. Sedangkan Ibu adalah sosok penasihat perkawinan di BP4 Sintang, selain itu juga sebagai pengusaha kue. Firman Susilo adalah putra ke 2 dari 7 bersaudara yang semuanya adalah laki-laki. Anak sulung bernama Firdaus Suherman (Almarhum) meninggal pada usia 32 tahun ketika menjabat Sekwiljam Marau Kabupaten Ketapang ( alumni APDN), ke dua adalah ia sendiri yaitu Firman Susilo, ketiga Agus Sucipto sekarang bekerja di kantor pos Sintang, keempat Fajar Suaidi, SE. Sekarang bekerja menjadi Satpolpp di kota Singkawang, kelima Fatlan Sulistyo seorang pengusaha muda, keenam Fitrah Sudrajat pekerjaannya adalah swasta dan Si bungsu bernama Fatwa Subarkah yang sekarang bekerja di Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Firman Susilo mulai masuk sekolah pada usia 3,5 tahun di SDN 2 Sintang dan sore harinya mengikuti sekolah agama yaitu Madrasyah Ibthi Dayah di Sintang, sehingga pada saat itu ia memiliki dua ijazah SD. Melanjutkan di SMPN 1 dan SMAN 1 Sintang. Di sekolah Firman Susilo adalah sosok yang menyukai mata pelajaran Sains seperti Matematika, Fisika, Kimia,dll sehingga pada waktu SMA ia masuk jurusan IPA. Membicarakan yang disukai,apa yang tidak disukainya? Firman Susilo justru tidak menyukai pelajaran Bahasa Indonesia walaupun pada akhirnya ia sebagai ahli Linguistik. Walaupun ayahnya menjabat sebagai anggota dewan, Firman susilo bukanlah sosok yang manja dan sombong ia adalah sosok pekerja keras juga mandiri. Itulah yang diajarkan kedua orang tuanya kepada mereka, dari kecil mereka sudah diajarkan untuk hidup mandiri tidak bergantung pada orang lain. Hal itu dibuktikan ketika masa sekolahnya Firman Susilo sudah mempunyai pekerjaan pokok yaitu berjualan es lilin keliling kampung. Berkat kerja kerasnya itu ia dapat membeli kulkas serta freejer dan akhirnya menjadi produser es lilin yang satu harinya ia harus memproduksi 500 bungkus es lilin, salutnya bahwa semua itu dikerjakannya sendiri tanpa bantuan siapapun. Pekerjaan seperti itu tidak hanya dirasakan oleh Firman Susilo, tetapi saudara-saudaranya yang lain juga masing-masing mempunyai pekerjaan pokok. Sosok yang pantang menyerah selalu mempergunakan waktu seefektif mungkin sehingga tak ada waktu yang terbuang begitu saja. Di sela-sela menjual es lilin penyuka makanan kwei tiau ini juga menjadi penjaga di lapangan Tenis sebagai pemunggut bola-bola tenis. Dari pekerjaannya itu ia pun mendapat upah. Meskipun aktivitasnya terbilang padat tetapi ia tetap meluangkan waktu untuk belajar sehingga selama sekolah ia tidak pernah mengecewakan orang tuanya, itu ditunjukan bahwa ia selalu mendapatkan peringkat kelas. Laki-laki peranakan Jawa Melayu ini sangat suka olahraga sepakbola.“ Saya ingin menjadi pemain sepakbola profesional” ujarnya ketika ditemui di sebuah kantin FKIP Untan. Baginya olahraga jenis ini sangatlah menantang, memerlukan strategi dan kerjasama tim yang baik hingga pada akhirnya dapat keluar menjadi pemenang. Begitu juga dalam hidup ini, kita harus pintar-pintar mencari celah untuk dapat keluar dari keterpurukan. Melalui sepakbola ia dapat berinteraksi dan berkumpul bersama banyak orang. Masa SMP sampai SMA penyuka masakan oriental dan masakan Padang ini sangat aktif pada bidang olahraga sepakbola. Posisinya pada saat bermain bola adalah sebagai penyerang, keahliannya dalam bermain dan mencetak goal Firman Susilo diminta mewakili U16 di Tim Suratin Cup KALBAR dan mendapatkan sepatu emas. Setelah tamat SMA, tahun 1986 Firman Susilo melanjutkan kuliah Diploma 3 Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura selesai tahun 1989. Selesai Diploma 3 selama 3 tahun, kemudian tahun 1989 transfer S1 Prodi Bahasa dan Sastra indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura kemudian selesai pada tahun 1991. Selama kuliah ia adalah mahasiswa berprestasi. Sebagai penyandang gelar mahasiswa berprestasi ia direkrut untuk mengikuti pertukaran pemuda antarprovinsi di Sumatra Barat. Selain mengikuti pertukaran pemuda, prestasi yang dimilikinya juga membuat ia meraih beasiswa TID ( Tunjangan Ikatan Dinas ) secara otomatis ketika ia selesai kuliah harus menjalankan ikatan dinas tersebut dan membawanya menjadi dosen di Almamater prodi Bahasa dan Sastra Indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura. “ Pantang Menyerah” itulah moto hidup Firman Susilo. Lihat saja air, walaupun dihalangi oleh bebatuan atau apapun ia tidak akan pernah terputuskan tetap saja mendapat celah walaupun sedikit untuk dapat keluar. Ia tak pernah terputuskan oleh apapun. Pantang menyerah yang dimiliki oleh Firman susilo juga dibuktikan ketika masa kuliahnya. Masa kuliah ia pernah menjadi kuli tukang pikul barang kapal di pelabuhan Senghi, walaupun pada akhirnya ia ditegur oleh orangtuanya. Bukan karena alasan apa teteapi mengingat bahwa fisik Firman Susilo pada waktu itu tidak mendukung, lagi lagi karena hobinya bermain bolalah ia pernah cedera patah tulang tangan dan bahu. Menimba pendidikan bagi Firman susilo sangatlah penting, sebagai sosok yang berprestasi tak membuat ia sulit untuk kuliah kembali, sehingga pada tahun 1999 ia mengikuti program pascasarjana jurusan Linguistik di Universitas Gajah Mada dengan spesialisasi bidang pemetaan bahasa. Sebagai putra perantau, jauh-jauh dari pulau borneo menimba ilmu di kota pelajar UGM, ia tak sombong harus menginap di apartemen atau hotel teteapi ia lebih memilih untuk hidup bersama, berbagi bersama sesamanya di asrama Sintang dan kos. Kehidpan di asrama yang disiplin membuat ia terlatih dan mengembangkan kualitas pribadinya. Tidak berbeda dengan perjalanan dan pengalaman selama sekolah hingga saat ini pascasarjana, gelar mahasiswa berprestasi selalu digengaman pemilik zodiak aries ini bahkan telah melekat menjiwa dalam dirinya. Dua tahun dijalani untuk mengambil gelar S2 akhirnya tahun 2001 ia lulus Tesis dengan nilai A sebagai orang pertama selama 10 angkatan terakhir. Prestasi yang sangat luar biasa, dialah yang mencetus nilai A selama 10 angkatan yang terakhir. “Jalani saja semuanya dengan ikhlas” ujarnya. “Menimba pendidikan setinggi apapun itu saya mau” ujarnya saat berbincang bincang mengenai pendidikan, asalkan ada kemauan dan selalu berserah kepada Allah tidak ada yang tak mungkin. Jalani saja hidup ini apa adanya biarlah Tuhan yang mengatur segalanya yang penting kita ikhlas menjalaninya. Saya pernah mengikuti pertukaran pemuda di Padang bahkan ketika saya terpilih menjadi kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat ( Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (BPPB) Departemen Pendidikan Nasional saja saya tidak menyangka. Selain bekerja menjadi kepala Balai Bahasa, Firman susilo juga menjadi dosen pengajar mata kuliah umum di STKIP PGRI Pontianak. Kebiasaan masa kecil terus tertanam dalam diri kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat ini, sampai saat ini ia senang berwirausaha, baik itu dibidang percetakan, pengadaan juga angkutan. Karyawan yang bekerja ditempatnya adalah sanak saudara maupun teman teman sewaktu SD, SMP, SMA dan Kuliah yang tidak mempunyai pekerjaan. Banyak teman-teman yang bekerja sebagai kernet di rekrutnya menjadi karyawan. Dalam berteman suami Rina Kusmiarsih ini tidak pernah memilih dari kalangan manapun baik itu suku maupun agama, ia sangat peduli dan perhatian tidak sombong dengan apa yang dimiliknya. Bayangkan saja teman-teman dan sahabatnya semasa SD,SMP, SMA, pascasarjana dan program pascasasarjana terus terjalin hubungan persaudaraan yang baik. Laki-laki pencinta warna biru ini menikah pada usia 24 tahun dengan Rina Kusmiarsih. Kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpuralah yang menjadi saksi bisu percintaan antara kedua insan ini. Kata orang cinta itu muncul dari mata turun kehati bahkan cinta itu membutakan mata kita dalam arti walaupun orang yang kita sayangi itu adalah saudara kita, tetapi jika cinta sudah bersemi dan membara maka semuanya akan terkalahkan. Begitu jugalah dengan pasangan ini, karena cintanya yang tulus adanya ikatan keluarga yang mereka miliki tak menjadi halangan untuk dapat menyatu menjadi suami dan istri. Hasil pernikahan itu lahirlah 2 orang anak yaitu, Rilo Aulia Firly dan Fara Nabila Firly. Putra pertama berusia 17 tahun saat ini sedang sekolah di SMAN 1 Pontianak kelas XII IPA. Tampknya ungkapan buah jatuh tak jauh dari pohonnya pantas untuk putra pertama Firman Susilo dan Rina Kusmiarsih ini. Selama sekolah kemampuanya menyerupai ayahnya ia juga selalu mendapat peringkat kelas seperti ayahnya. Masa SD ia pernah menjuarai ( juara 1) lomba Matematika SEMPOA tingkat provinsi Kalimantan Barat. Tidak berhenti disitu saja prestasi terus berlanjt dan meningkat pada saat di bangku SMP, terus mendapat peringkat kelas. Pada masa yang sama siswa jurusan IPA ini pernah mengikuti Olympiade Olahraga dan Seni pada cabang atletik. Oleh karena itu, ia terpilih menjadi Atlet Binaan Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar Provinsi Kalimantan Barat Kementrian Pemuda dan Olahraga. Berkat prestasi dan talenta yang dimilikinya ia mendapat tunjangan bulanan dari Kementrian Pemuda dan Olahraga (KEMPORA) dan prestasi itu terus berlangsung hingga saat ini. Saat ini putra sulung tersebut tidak tinggal bersama orang tuannya, tetapi ia tinggal di asrama yang dibiayai oleh KEMPORA. Setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan masing-masing, putri kedua bernama Fara Nabila Firly adiknya Rilo Aulia Firly ini sekarang berusia 11 tahun sebentar lagi akan memasuki SMP. Lain halnya dengan abangnya, Nabila lebih senang dengan berbagai kegiatan seni. Salah satunya adalah bermain Biola yang turun dari darah darah seni kakeknya yang hingga saat ini mempunyai group keroncong. Istrinya yang bernama Rina Kusmiarsih merupakan alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesian Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Untan. Selama pernikahannya Firman Susilo dengan istrinya Rina Kusmiarsih berpisah selama 19 tahun. Baru 4 tahun ini dapat berkumpul kembali, karena sebelumnya Rina Kusmiarsih menunaikan pengabdiannya sebagai guru di daerah. Pengabdian itu adalah bentuk rasa sayangnya terhadap daerahnya sendiri, selama 8 tahun mengabdi di kecamatan Kayan Hilir Nangamaun Sintang dan 7 tahun di kabupaten Pontianak. Alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Untan otomatis akan menjadi seorang pendidik. Saat ini Ia adalah seorang guru PNS Bahasa Indonesia di SMPN 6 Pontianak. Selain itu ia juga mengabdikan diri sebagai dosen luar biasa di STKIP PGRI Pontianak dan untuk mengisi waktu luang digunakan untuk menjadi tenaga pengajar di lembaga bimbingan belajar Primagama Pontianak. Menurut istrinya, Firman Susilo itu orangnya tegas, tidak banyak bicara serta disiplin. Selain itu ia juga sangat sayang dan peduli dengan keluarga. Bukan hanya orang tuanya saja tetapi, paman, bibi,dll yang masih jauh hubungan kekeluargan sekalipun. Tidak semua bentuk perhatian itu dibuktikan dengan materi tetapi melalui perhatian. Dalam menjalankan tugasnya sebagai dosen Pembimbing Akademik Firman susilo sangat intensif dan peduli dengan harapan mahasiswanya berhasil dengan baik. Keunikan Firman Susilo adalah suka merokok. Kebiasaan tersebut didapatnya ketika kuliah. Tidak semua apa yang disukai suami disukai istri, dalam hal ini kebiasaan yang tidak disukai oleh ibu adalah merokok, megopi dan pendiam. Selain itu, pada saat menyelesaikan tugas atau pekerjaannya ia tidak peduli dengan yang lain. Hanya ditemani rokok dan kopi sudah cukup, ia tidak ingat makan, minum, dsb. Sosok yang sederhana, tidak sombong, humoris, disiplin, objektif, baik, ramah dan santai itulah sosok Firman Susilo bagi mahasiswa. Tidak heran jika banyak mahasiswa yang senang cara mengajarnya. Dalam proses belajar mengajar laki-laki asal sintang ini selalu memberikan pembaharuan, komunikatif sehingga kelas tidak pasif dan tegang. Mahasiswa tidak jemu atau jenuh, memberikan penilaian kepada mahasiswa secara objektif, tidak mempersulit mahasiswa, mampu membangkitkan semangat untuk bersaing, memotivasi mahasiswa agar lebih baik. Tidak ada sistem pilih kasih dihadapan beliau, menilai sesuai dengan kemampuan mahasisawa secara objektif. “ Pokonya bapak itu is the best dehh” ujar Rara.

Radio Amatir

Dari kecil saya memang suka dengeri acara-acara di radio. Entah apa sebabnya saya selalu setia tuning di depan radio. Kemudian muncullah niat dalam hati untuk jadi penyiar radio. Paling tidak, dalam benak saya menjadi seorang penyiar radio itu pasti seru, asyik dan menyenangkan. Kebetulan di daerah saya tidak begitu banyak stasiun radio, waktu itu cuma ada 9 stasiun radio yang Onair. Nahh, ketika udah duduk di bangku SMA, saya ketemu dengan teman yang bernama jojo. Kebetulan ni anak emang sering nongkrong di salah satu stasiun radio di kota saya. Dan sampailah pada masanya ketika saya di ajak oleh jojo untuk concow di radio itu. Waktu itu emang rada aneh, secara gitu semua anak di situ pada ribut. Tapi saya sadar, anak-anak radio emang begitu, bawaannya hebohh cinkk, biar kedengaran asyik...!!! Oke. Setelah akrab dengan teman-teman baru di sana mulailah saya di ajak masuk ke ruang siaran. Awalnya asing sekali dengan ruangan sempit itu. Maklum, ini stasiun radio amatir. Pengelolanya aja anak-anak SMA semua. Pemiliknya aja masa' bodo dengan kita-kita. Paling cuma di kasih rokok dan gorengan tiap malam. Tapi kita-kitanya gak peduli, yang ada di benak cuma suka-suka dan numpang tenar lewat radio. Tapi bagaimana dengan acaranya? Walaupun cuma radio amatir tuh acara tetap tersusun dengan rapi, sedikit sulit menyusun jadwal siarann,mungkin karena crewnya artis2 semua kali ya jadi sulit untuk di atur. Nah gue dapet apa? Waktu itu saya di tempatkan di ruang sempit yang penuh dengan kabel yang berseliweran, ada beberapa perangkat alat komunikasi yang acak-acakan dan berdebu, serta seperangkat kompie butut untuk mutarin lagu *koplak,apek banget baunya yak??*. Ternyata ohh ternyata gue di suruh jadi operatornya. Bijimane ceritanya gan, secara guekan belom tau cara kerja ni radio. Tapi sekali lagi jojo berperan penting dalam hidup saya. Dia yang mengajarkan bagaimana cara kerjanya. Ebbuseehhh susah amat yahh jadi operator radio, kerjaannya cuma nyusun playlist lagu,mutarin lagu, dan ngebacain requesan dari listener. Trus yang paling ribet adalah mencari mp3 lagu-lagu terbaru, secara gitu dulukan google belom tenar, internet aja cuma buat main game. Game dota dulu mah, hehe jaman-jaman SMA suka game online,itupun pake voucher. Hilang dech cerita jojo, nah kembali ke jojo lagi kita. Sementara gue jadi operartor, sedangkan jojo bagian cuap-cuapnya,, nahh gua mah sesekali nyambung dikitlah. Gua mahh sukanya main nyolot ajahh. Apalagi kalau giliran ketawa gua mah rajanya. Giliran angkat telpon dari cewek pasti tu jojo yang nyambut. Nahh giliran ngebacain atensi gue yang disuruh. Koplak!!! Tapi gak papa, saya anggap itu semua pembelajaran bagi saya untuk berinteraksi dengan listener. Terus dari situ pulalah saya mendappatkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Selain itu saya juga numpang tenar lewat tuhh radio. Itu radio pendengarnya anak-anak SMP & SMA mulu sihh. Jadi saya mendapatkan banyak teman di sana. Sekarang entah apa kabar radio itu, denger-denger sih udah di jual ama pemiliknya. Lagipula stasiun radio sekarang udah menjamur, mungkin udah tenggelam kali yahh tuh radio. Dan yang paling *TRAGIS* gue denger-denger tu radio tanpa izin dari pemerintah. Secara gitu,harus di tutup. Dan sampai disini dulu cerita saya, masihh mau lanjutin skripsi nehh...!!!

Berganti Rasa

Alhhamdulillahh setelah hampir 4 tahun make axioo neon MNC yang udah rela menemani saya akhirnya kemarin tepat tanggal 7 November 2011 ganti dengan Acer Aspire 4739. setelah hampir 4 tahun di temani dengan axioo Neon yg penuh dengan suka duka sekarang udah bisa berganti rasa dengan kedatangan acer Aspire. Terasa sekali perubahan yang saya alami. Mulai dari spek sampe antar muka hampir beda. Ohh yaa kemarin waktu masih pake axioo cuma menggunakan Prosesor Celeron M 1.7 Ghz, tp setelah ganti Acer udah dapat Prosesor 2.4 Ghz, lumayan untuk main game. Tampilan antar muka juga terasa beda, dulu agak buram-buram, sekarang lumayan terang. Pokoknya beda sekali rasanya. Apalagi di tambah dengan Ubuntu 10.4. Bisa make confiz,kLo dulu jangan harap bisa aktifkan confiz effect. Makasihh buat Axioo Neon MNC ku yang udah mau menemaniku setiap saat, walaupun sekarang udah ada yang lain, tapi kau tetap akanku sentuh, saya tidak akan melepaskanmu. Satu hari tidak melihatmu rasanya kangeenn sekalii. Ada sesuatu darimu yang tidak ku temukan pada Acer, begitu juga dengan Acer, ada sesuatu darinya yang tidak saya temukan darimu. Pokoknya kalian berdua saling melengkapi dalam setiap pekerjaanku. Maaf untuk Axioo, selama ini udah kurang memperhatikan, kurang di elus-elus, kurang di rapiin. Maaf karena selama ini kau sering di pukul, sering di kasarin. Tapi kamu tetap bandel, banyak yang ngeluh kalo make Axioo nggak awet, itu semua bohong dan kamu buktinya. Sampe sekarang masih tetap kuat berdiri di samping si “Baru”. Walaupun saya udah punya yang baru, tp kamu jangan takut, Kau tetap berada di bawah naunganku, tetap berada dibawah pengawasanku. Pokoknya kamu nggak akan ku lepaskan sampe kapanpun. Entar dechh di bersihin. Tapi tunggu skripsi gue beres dulu yahh...!!!